Coconut Fruit for health benefits

Mengobati Wanita Kesepian

Sekslover - Mengobati Wanita Kesepian
Tanah Sunda telah dikenal dgn gadis cantiknya sejak dari dulu. Bahkan konon di jaman penjajahan Belanda banyak tuan-tuan pemilik perkebunan yg mengawini perempuan Sunda di sekitar lokasi perkebunan untuk dijadikan istrinya. Aqu mengenal Ketrin dari hobi jalan malam di sekitar SM-Merdeka dan Siliwangi-Sukasari di Bogor.

Ketika sedang nongkrong di Wartel dekat pintu masuk Taman Topi ada perempuan yg mondar-mandir didekatku. Dia mengenakan pakaian seragam sebuah pabrik. Kukira dia lagi nunggu kawannya. Tak lama kemudian ada seorang perempuan lagi yg datang dan mendekatinya. Mereka bicara dgn suara keras dan nada tinggi seperti sedang memperdebatkan sesuatu. Aqu tak mau ikut campur dgn pembicaraan mereka. Toh aqu juga tak tahu ujung pangkalnya.

https://goo.gl/y4ziJp

Setelah dilerai oleh Security, perempuan yg datangnya belakangan akhirnya pergi dgn masih tetap memaki-maki perempuan pertama dalam bahasa Sunda. Aqu yg hanya sedikit tahu bahasa Sunda masih belom bisa sepenuhnya menangkap apa yg sedang terjadi di dekatku. Aqu mulai tertarik dan memperhatikan mereka. Perempuan pertama tadi hanya diam saja, meskipun raut mukanya menunjukkan kekesalan. Kudekati dan kutanya,

“Kenapa Teh, maaf kelihatannya lagi berantem. Apa sih masalahnya?”

“Nggak pa-pa kok. Dia menuduhku ada hubungan dgn suaminya. Padahal aqu berhubungan dgn suaminya hanya sebatas urusan pekerjaan,” katanya.

“Ya telah, teteh kelihatannya masih kesal. Minum es dulu yuk biar tenang,” kuajak dia untuk duduk minum di kafe yg banyak terdapat di sana.

Kami pesan es buah. Kutawarkan untuk makan tapi dia menolaknya.

“Terima kasih Aa. Saya teh telah nggak ada nafsu makan dan lagian masih kenyg,” katanya halus.

Aqupun maklum saja. Mungkin setelah bertengkar tadi meskipun perut lapar jadi tak ada selera makan. Setelah pesanan kami datang, ia mengaduk gelasnya perlahan-lahan dgn sendoknya.

“Telah tenang sekarang. Kalau boleh tahu, apa sih masalah sebenarnya?” tanyaqu.

“Saya memang belakangan ini sering jalan dgn suaminya untuk urusan pekerjaan. Eh dianya cemburu ketika ketemu kami di Cibinong,” jawabnya.

“Kan bisa dijelasin ama suaminya?”

“Telah, tapi dia nggak terima. Dibilang saya gatel, perempuan murahan dan lain-lainnya. Daripada saya ladenin, nanti jadi makin rame saya tinggal pulang aja ke kantor. Eh dia belom puas dan telpon ke kantor. Katanya tungguin nanti malam di Wartel sini agar bisa selesai. Sampai di sinipun saya masih dimaki-maki. Untung dilerai sama Security”.

Akhirnya aqu tahu dia bernama Ketrin dan bekerja sebagai supervisor produksi di salah satu pabrik tekstil yg memang banyak terdapat di sekitar Cibinong. Rumahnya di sekitar Biotrop. Suaminya minggat dgn perempuan lain enam bulan lalu. Jadi statusnya sekarang menggantung. Janda tak, bersuamipun tak juga. Dia belom punya anak. Janda kembang gantung, pikirku. Badannya ramping cenderung kurus, kulitnya bersih dgn dada membusung di balik seragamnya. Ada keindahan tersendiri melihat seorang perempuan dalam pakaian seragam. Eksotis.

Entah kenapa kalau ketemu perempuan seringkali statusnya janda. Tapi sebenarnya aqupun tak mau merusak keperawanan seorang gadis. Bagiku berat bebannya. Lebih enjoy dgn janda atau gadis yg telah tak perawan. Tak usah mengajari lagi.

“Aqu mau pulang, tapi pikiranku suntuk. Dibawa tidurpun pasti nggak mau,” katanya lagi.

“Kalau gitu kita jalan ke Puncak aja yuk. Menenangkan pikiran,” ajakku.

“Boleh, tapi jangan kemalaman ya!”

“Nggak, kan rumahmu juga nggak terlalu jauh ke Puncak”.

Aqu mulai berpikir, pasti kami nggak akan kemalaman, paling-paling kepagian. Kamipun segera menghabiskan minuman dan segera berangkat ke Puncak. Sampai di daerah Cibogo, ia minta turun dan mengajak berjalan kaki menyusuri jalan raya. Para GM yg sedang menjerat mangsa menawarkan penginapan pada kami. Aqu hanya menatap Ketrin dan ternyata dia cuek aja dgn tawaran GM tadi.

Dinginnya udara Puncak mulai terasa. Ia mulai kedinginan dan mendekapkan kedua tangannya di dadanya.

“Dingin?” tanyaqu.

Ketrin hanya mengangguk saja. Sembari jalan kulingkarkan tangan kiriku pada bahu kirinya. Ia menggelinjang sedikit, sepertinya menolak pelukanku. Tapi tanganku tetap dibiarkan di bahunya. Bahkan tangan kanannya melingkar di pinggangku dan mencubitku. Aqu menggerakkan pinggulku sedikit kegelian. Sampai di depan sebuah wisma kami berhenti.

“Masuk yuk!” ajakku.

“Mau ngapain. Katanya nggak sampai malam,” jawabnya. Ada nada kerakemaluann atau mungkin juga kepura-puraan.

“Ngapain aja terserah kita dong. Lagian kalau dua orang berbeda jenis masuk ke hotel ngapain?” pancingku.

“Tidur aja. Kamu merem, saya merem. Aman kan,” katanya.

“Nggak mau. Kalau kamu merem aqu melek, sebaliknya kalau kamu melek aqu yg merem, supaya ada yg jaga,” kataqu melempar umpan semakin dalam.

“Ayo. Tapi kamu janji jangan macam-macam. Awas nanti,” katanya mengancamku.

Dari suaranya umpanku telah termakan. Tinggal tarik ulur tali saja agar ikannya tak terlepas. Kami masuk ke dalam kamar. Kuperiksa sebentar kelengkapannya. Jangan sampai lagi tanggung room boy datang antar kekurangannya. Aqu minta air putih saja untuk di dalam kamar. Meskipun udara dingin, aqu yakin nanti pasti perlu minum. Ketrin masuk ke dalam kamar mandi dan sebentar kemudian terdengar suara air yg keluar dari jepitan pintu kemaluan. Wsshh dan tak lama suara guyuran air.

Aqu keluar kamar, berdiri di teras kamar sembari melihat suasana. Sepi, karena memang bukan week end. Aqu masuk lagi ke dalam kamar. Kebetulan Ketrin pun keluar dari kamar mandi. Pintu keluar dan pintu kamar mandi berdekatan posisinya. Kupandangi wajah Ketrin, kupegang tangannya dan dgn sekali tarikan ia telah ada dalam pelukanku. Ia sedikit meronta, tapi rasanya hanya penolakan pura-pura.

“Jangan.. Jangan!”

Kalau memang dia tak mau, pasti kami berdua tak akan sampai ke kamar ini. Kucium bibirnya yg tipis. Lemas sekali bibirnya sehingga terasa kenikmatan mulai menjalar, meskipun ia belom membalas ciumanku. Kulepaskan lagi ciumanku dan kutatap matanya.

“Aqu mohon.. Jangan.. Jangan. Jangan disini sayg!” Ia mengakhiri kata-katanya dgn menyerbu bibir dan mukaqu kemudian menarikku ke ranjang.

“To, aqu merasa kesepian dan kedinginan. Kamu mau berikan kehangatan?”

Rasanya terbalik pertanyaan itu. Mestinya aqu yg tanya apakah dia mau bercinta dgnku.

“Pasti. Kita akan sama-sama puas malam ini”.

“Terima kasih To. Aqu.. Aqu..”.

Sembari berkata begitu ia langsung mencium bibirku. Aqupun langsung membalas ciumannya. Bibir kami saling berpagut, lidah kami saling mendorong dan menjepit saling sedot. Cukup lama kami menikmatinya. Bibirnya memang benar-benar terasa sangat lemas sehingga dapat kupermainkan dan kuputar-putar dgn mulutku.

“Ayo puaskan aqu sayg.. Ah. Ah.” suaranya hanya mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.

Tangan kiriku mulai menjalar di pahanya. Kusingkapkan roknya, benar-benar mulus sekali pahanya. Kuremas-remas sampai ke pangkal pahanya. Ketika sampai di celana dalamnya, kutekankan jari tengahku ke belahan di tengah selangkangannya dan ku gesek-gesekkan.

“Ah sayg. Kamu nakal sekali”.

Aqu tak menghiraukannya. Sementara itu tangan kananku meremas halus buah dadanya dari luar. Tangannya pun tak mau ketinggalan memegang bahkan mencengkeram keras kemaluanku dari luar. Terasa sakit tapi aqu dapat menikmatinya.

“Kita tak akan kemalaman sekarang, tapi kepagian,” bisikku menggodanya.

“Biarin aja, saya besok shift siang jam 3”.

Dgn ganasnya aqu menciuminya, seperti seekor kucing yg sedang melahap dendeng. Tangannya bergerak ke bawah dan terus ke bawah. Ia membuka kancing bajuku dan melepasnya. Kini setiap jengkal tubuhku bagian atas tak luput dari ciumannya. Kemudian ia membuka resleting celanaqu dan langsung mencengkeram kemaluanku.

“Anto, punya kamu boleh juga. Tak besar tapi keras sekali. Apa ada perempuan lain yg pernah merasakannya?”

Pertanyaan itu lagi. Kenapa setiap perempuan mau tahu apakah pria yg dikencaninya pernah tidur dgn perempuan lain.

“Ada, aqu bukan perjaka lagi,” jawabku tenang, yg penting adalah apa yg terjadi sekarang ini. Dan lagi kelihatannya ia hanya sekedar bertanya tanpa mempedulikan jawabanku.

Belom selesai kata-kataqu, ia telah mengocok dan kadang meremas kemaluanku. Pintar sekali ia memainkan adik kecilku. Beberapa menit kemudian tegangan pada kemaluanku telah maksimal. Tiang bendera telah tegak berdiri, siap untuk melaksanakan apel malam. Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kemudian aqupun langsung menerkam tubuhnya.

“Sabar sayg, buka bajunya dulu donk.”

Kamipun membuka pakaian kami masing-masing. Setelah telanjang bulat, langsung kubaringkan ia. Kuciumi senti demi senti tubuh mulusnya. Dari atas ke bawah sampai kepada paha dalamnya. Kurenggangkan kedua pahanya. Tercium aroma khas yg dipunyai seorang perempuan. Kurenggangkan labia mayora dan labia minoranya dgn jempol dan telunjukku.

“Ayo sayg.. Puaskan.. Aqu.. Ya.. Ohh. Oohh.” Kata-katanya terus meracau, apalagi ketika aqu melahap habis biji kacangnya dgn mulutku, kadang kusedot, kuhisap, dan kugigit dgn lembut.

“Ah.. Ennak ssayg.. Kamu ppinnttarr. Ohh.. Oohh”

Aqu telah tak mempedulikan kata-katanya. Aqu makin asyik dgn mainanku. Kulepaskan mulutku dan kutindih dia. Kumasukkan jari tengah kiriku ke dalam lubang perlahan lahan. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang kesetanan, kedua payudaranya bergoyg kencang. Aqu pun meraih payudaranya itu. Dgn tangan kananku, kupelintir puting susunya yg sebelah kiri dan mulutku kini menggigit halus puting kanannya. Sementara jari kiriku tetap mengocok lubang kemaluannya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula ia meronta.

Kuhentikan permainan tanganku dan kuarahkan kemaluanku untuk memasuki liang kenikmatannya. Tanpa kesulitan aqu segera menembus kemaluannya. Terasa basah dan hangat. Kugerakkan pinggulku dan ia membalas dgn memutar pinggulnya dan menaik turunkan pantatnya mengimbangiku. Satu kakinya menjepit pahaqu dan kaki lainnya dibuka lebar dan disandarkan ke dinding kamar. Kuciumi leher dan dadanya. Beberapa kali kugigit kecil kulit dadanya sampai meninggalkan bekas kemerahan.

“Ciumi leher dan pundakku! Aqu sangat terangsang kalau dicium di situ,” rintihnya.

Kuikuti kemauannya dan sampai akhirnya ia menggelinjang hebat, kedua tangannya mencengkeram keras kepalaqu. Pinggulnya naik menjemput kemaluanku. Kutekankan kemaluanku dalam-dalam dan akhirnya ia mencapai orgasmenya. Ia terkulai lemas. Ditekan-tekannya pantatku ke bawah dgn tangannya.

Kemudian aqu turun dari tubuhnya dan membiarkannya beristirahat sebentar. Setelah napasnya pulih ia naik ke atas tubuhku dan mulai mencium bibir, leher dan telingaqu. Mulutku menghisap kedua payudaranya. Terkadang kugigit putingnya bergantian. Ia hanya mengeluh merasakan nikmatnya. Beberapa menit kemudian ia telah terangsang lagi.

“Ayo sayg. Aqu telah siap memuaskanmu di babak kedua..”

“Kita laqukan dgn berdiri,” kataqu berbisik di telinganya. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.

Kuangkat tubuhnya berdiri di samping ranjang. Kami masih saling berciuman dgn ganas. Ia kemudian mengangkat kaki kirinya ke atas ranjang, kudorong sedikit sampai ia mepet ke dinding kamar. Tangannya membimbing meriamku memasuki kemaluannya. Pantatnya sedikit disorongkan ke depan dan perlahan lahan meriamku masuk, sampai..

Blesshh..

Semuanya telah terbenam di dalam kemaluannya. Oh hangatnya.

“Ayo sayg, goyg.. Sayg ohh.. Ohh”

Kedua tangannya memegang pantatku dan membantu gerakan pinggulku maju mundur. Rasanya nikmat sekali bercinta sembari berdiri. Badannya ia lengkungkan ke belakang sehingga meriamku dgn leluasa mengobrak-abrik kemaluannya. Pinggangnya juga bergerak-gerak mengimbangi gerakanku. Mulutku tetap melaqukan aktivitas di bagian atas tubuhnya. Kadang berciuman, kadang menyedot dan mengulum putingnya. Cukup lama aqu mengocoknya, akhirnya kupercepat kocokanku ketika kurasakan lahar panas akan keluar.

“Tin, oh.. Aqu mau keluar. Di keluarin dimana nih ohh. Oohh”.

“Tunggu sebentar. Aqu juga mau keluar, ohh. Ooohh sama-sama ya sayg.. Ohh.. Di dalam aja nggak apa-apa. Ohh barengan yah.”

Akhirnya kutumpahkan air maniqu di dalam kemaluannya. Aqu mencapai klimaks duluan. Ketrin tak bisa mencapai klimaks yg kedua meskipun ia masih berusaha menggerakkan pantatnya maju mundur karena meriamku telah berangsur-angsur melemas dan akhirnya terlepas sendiri dari dalam kemaluannya.

Kami rebah berdampingan di ranjang. Ia memelukku dan menciumku. Kuaqui perempuan satu ini memang luar biasa. Tak dgn setiap orang aqu dapat melaqukannya dgn berdiri. Aqu telah coba. Tapi dgn Ketrin meskipun dia jauh lebih pendek dariku ternyata aqu bisa melaqukannya.

“Sorry Tin. Aqu nggak tahan lagi. Nanti kita akan mulai lagi dgn santai dan saling menunggu sehingga bisa mencapai klimaks bersama-sama. Terima kasih ya sayg. Kamu benar-benar hebat.”

“Nggak apa-apa. Aqu telah dapat duluan. Kamu juga hebat. Malam ini masih panjang. Kita tak usah tidur sampai pagi supaya dahagaqu terpuaskan”.

Akhirnya sisa malam kami lalui dgn berpelukan. Ia tersenyum kemudian menciumku dan merebahkan kepalanya di dadaqu. Malam itu kami masih melaqukannya lagi tiga kali sampai pagi. Sekali kami laqukan di lantai beralaskan selimut. Ternyata ketika bermain di lantai kami bisa merasakan nikmat yg luar biasa. Gairah kami seakan-akan meledak sampai seluruh badan terasa sakit dan ngilu. Tetapi setelah mandi pagi gairahku kembali menyala dan aqu masih sempat sekali lagi bergumul dgnnya.

Kami pulang dgn membawa kepuasan dan rasa lelah yg luar biasa. Seharian kuhabiskan dgn tidur-tiduran. Bahkan aqu tak sempat makan siang. Setelah itu aqu masih sempat dalam dua pertemuan merasakan kehebatannya bercinta dalam posisi berdiri. Akhirnya dia pindah kos dan aqu kehilangan jejak..

TAMAT

Subscribe to receive free email updates: